Perekonomian dunia menghadapi lebih banyak kesulitan di tahun 2023 setelah tahun yang suram
Toto

Perekonomian dunia menghadapi lebih banyak kesulitan di tahun 2023 setelah tahun yang suram

Ini seharusnya jadi tahun kembalinya ekonomi dunia setelah pandemi Covid.

Sebaliknya, tahun 2022 ditandai dengan perang baru, rekor inflasi, dan bencana berkenaan iklim. Itu adalah tahun “polikrisis”, sebuah arti yang dipopulerkan oleh sejarawan Adam Tooze.

Bersiaplah untuk lebih banyak kesuraman di tahun 2023.

“Jumlah krisis telah meningkat sejak awal abad ini,” kata Roel Beetsma, profesor ekonomi makro di Universitas Amsterdam.

Saluran Standar

Selengkapnya>>
“Sejak Perang Dunia Kedua, kita belum dulu melihat situasi serumit ini,” katanya kepada AFP.

Setelah krisis ekonomi akibat Covid terhadap Keluaran Sidney tahun 2020, harga pembeli jadi naik terhadap tahun 2021 gara-gara negara-negara terlihat berasal dari lockdown atau pembatasan lainnya.

Bank sentral bersikeras bahwa inflasi yang tinggi hanya dapat bersifat selagi gara-gara ekonomi lagi normal. Tetapi invasi Rusia ke Ukraina terhadap akhir Februari memicu harga energi dan pangan melonjak.

Banyak negara sekarang bergulat dengan krisis cost hidup gara-gara upah tidak ikuti inflasi, memaksa area tinggal tangga memicu pilihan ada masalah didalam pengeluaran mereka.

“Semuanya jadi lebih mahal, berasal dari krim hingga anggur dan listrik,” kata Nicole Eisermann berasal dari stannya di pasar Natal Frankfurt.

Bank sentral bermain catch-up. Mereka jadi tingkatkan suku bunga tahun ini didalam bisnis untuk menjinakkan inflasi yang berderap — dengan risiko mendorong negara ke didalam resesi yang dalam, gara-gara cost pinjaman yang lebih tinggi artinya aktivitas ekonomi yang lebih lambat.

Inflasi selanjutnya jadi melambat di Amerika Serikat dan zona euro.

Harga pembeli di Kelompok 20 negara maju dan berkembang diperkirakan dapat capai delapan % terhadap kuartal keempat sebelum saat dapat turun jadi 5,5 % tahun depan, menurut Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan.

OECD mendorong pemerintah untuk memberi tambahan dukungan untuk mempunyai dukungan ke area tinggal tangga.

Di 27 negara Uni Eropa, 674 miliar euro ($704 miliar) sejauh ini telah dialokasikan untuk merawat pembeli berasal dari harga energi yang tinggi, menurut wadah pemikir Bruegel.

Jerman, ekonomi terbesar Eropa dan paling tentang terhadap pasokan energi Rusia, menyumbang 264 miliar euro berasal dari keseluruhan itu.

Satu berasal dari dua orang Jerman memperlihatkan mereka sekarang hanya membelanjakan barang-barang penting, menurut sebuah survei oleh konsultan EY.

“Saya terlalu waspada namun aku mempunyai banyak anak dan cucu,” kata Guenther Blum, seorang pembelanja di pasar Natal Frankfurt.

Naiknya suku bunga juga merugikan pembeli dan bisnis, kendati Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell memberikan tanda pekan setelah itu bahwa laju kenaikan sanggup mereda “segera” terhadap Desember.

Dia memperingatkan, bagaimanapun, bahwa kebijakan sanggup saja mesti senantiasa ketat untuk lebih dari satu selagi untuk memulihkan stabilitas harga.

Sementara itu, Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengirimkan tanda yang jelas bahwa ECB dapat merawat kebijakan pengetatannya, dengan memperlihatkan bahwa inflasi zona euro belum capai puncaknya.

Ekonom memperkirakan Jerman dan ekonomi utama zona euro lainnya, Italia, jatuh ke didalam resesi. Perekonomian Inggris telah menyusut. Lembaga pemeringkat S&P Global memperkirakan stagnasi untuk zona euro terhadap tahun 2023.

Namun Dana Moneter Internasional senantiasa berharap Keluaran SDY ekonomi dunia tumbuh terhadap 2023, dengan pertumbuhan 2,7 persen. OECD memperkirakan pertumbuhan 2,2 persen.

Sementara itu, pandemi virus corona senantiasa jadi wildcard bagi ekonomi global.

Kebijakan nol-Covid China mencegah pertumbuhan di ekonomi terbesar ke dua di dunia, namun pihak berwenang telah jadi melonggarkan pembatasan menyusul protes nasional.

Namun bagi Beetsma, krisis terbesar adalah pergantian iklim, yang “terjadi didalam gerakan lambat”.

Bencana alam dan buatan manusia telah memicu kerugian ekonomi sebesar $268 miliar sejauh ini terhadap tahun 2022, menurut raksasa reasuransi Swiss Re. Badai Ian saja menelan kerugian yang diasuransikan diperkirakan sebesar $50-65 miliar.

Banjir di Pakistan memicu rusaknya dan kerugian ekonomi senilai $30 miliar tahun ini.

Pemerintah setuju terhadap percakapan iklim PBB (COP27) di Mesir terhadap bulan November untuk menciptakan dana untuk menutupi kerugian yang diderita oleh negara-negara berkembang yang rentan hancur akibat bencana alam.

Namun KTT COP27 berakhir tanpa komitmen baru untuk menghentikan pemakaian bahan bakar fosil, kendati mesti untuk mengurangi emisi gas area tinggal kaca dan memperlambat pemanasan global.

“Ini bukan krisis akut namun krisis jangka panjang, berlarut-larut,” kata Beetsma. “Jika kita tidak berbuat cukup, ini dapat memukul kita didalam skala yang belum dulu terjadi sebelumnya.”